Sabtu, 13 Juli 2013

Perkembangan Kota Batam Berawal dari Pulau Belakangpadang dan Pesisir Pulau Batam

Oleh: Agung Adji Santosa Suryahusada

PENDAHULUAN

1.1. Letak geografis Kota Batam
Kota Batam terletak di Provinsi Kepulauan Riau, Kota Batam mempunyai luas 3990,00 km2. Luas ini terdiri dari luas daratan dan lautan. Luas wilayah darat sebesar 1040 km2 dan luas wilayah laut sebesar 2950 km2. Kota Batam mempunyai lebih dari 400 (empat ratus) pulau, 329 (tiga ratus dua puluh sembilan) di antaranya telah bernama, termasuk di dalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan negara. Pulau besarnya adalah pulau Batam (pulau paling besar), pulau Rempang, pulau Galang, pulau Bulan dan pulau Galang Baru.

Secara administratif Kota Batam terdiri dari 12 kecamatan dan 64 kelurahan. 12 kecamatan, yaitu; Kecamatan Sekupang, Kecamatan Lubuk Baja, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Batam Kota, Kecamatan Sei. Beduk, Kecamatan Sagulung, Kecamatan Bengkong, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Bulang, Kecamatan Galang, dan Kecamatan Belakang Padang. 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu: Kecamatan Galang (296,288 km²) dan Kecamatan Bulang (158,74 km²).

Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014, terletak antara : 0°25' 29” LU - 1°15'00” LU dan ­­103°34' 35” BT - 104°26'04” BT. Adapun batas adminstratif Kota Batam sebagai berikut:
- Utara : Berbatasan langsung dengan Selat Philip Negara Singapura
- Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang
- Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Lingga
- Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Karimun
1.2. Rona Lingkungan ruang Kota Batam

Dari foto udara wilayah Kota Batam, rona lingkungan ruang Kota Batam banyak didominasi warna gelap karena wilayah Kota Batam sebagian besar berupa kawasan hutan lindung, hanya daerah Pulau Batam saja rona lingkungannya didominasi warna putih yang menandakan kawasa terbangun namun rona gelapnya di Pulau Batam masih tetap ada. Rona warna putih ini yang terletak di Pulau Batam banyak berada di pinggiran pantai dan sebagian kecil berada di tengah. Sedangkan warna putih yang di pulau-pulau lainnya di Kota Batam berada di sekitar pinggiran pantai dan pinggiran jalan arteri Barelang (Batam, Rempang, Galang)

Sumber: Google earth
Gambar: 1
(Pulau Batam, Kota Batam)

Sumber: Google earth
Gambar: 1.1
(Pulau Batam, Kota Batam)

Sumber: Google earth
Gambar: 1.2
(Kota Batam)

Sumber: Google earth
Gambar: 1.3
(Kota Batam)


REFERENSI

2.1. Sejarah Kota Batam
Menurut sejarah, pengembangan Kota Batam dimulai dari pesisir pantai Pulau Batam dan Pulau Belakang Padang. Penduduk pulau Batam sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan orang Selat atau orang Laut. Pulau ini pada awal tahun 1960-an, nyaris kosong, tanpa pemusatan penduduk dan kegiatan ekonomi lainnya. 

Kendati demikian, terdapat kelompok penduduk yang telah ratusan tahun mendiami pulau ini. Mereka adalah penduduk tempatan yang menetap menyebar di sepanjang pesisir pantai. Sebagain besar, mereka berprofesi sebagai penangkap ikan dan sebagian lagi bercocok tanam. Di masa awal ini, mereka samasekali tidak banyak terlibat dalam mengubah fisik pulau ini yang waktu itu masih berupa hamparan hutan. Memasuki masa konfrontasi Indonesia-Malaysia di tahun 1963, Batam yang awalnya tidak begitu menjadi perhatian pemerintah, dengan timbulnya peristiwa yang oleh Presiden RI pertama Ir Soekarno kerap disebut “Ganyang Malaysia” ini, tiba-tiba mulai dilirik. Terlebih saat Batam bersama dengan pulau-pulau lainnya di Riau Kepulauan ini dijadikan sebagai Pangkalan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Dengan posisinya yang amat dekat dengan Singapura, Batam secara geografis dianggap sebagai tempat paling strategis untuk melihat pergerakan musuh di seberang laut.

Di masa ini, Soeharto yang kemudian hari menjadi Presiden RI ke-2, menjadi bagian dari prajurit militer Indonesia yang bertugas di wilayah konflik di perbatasan ini. Setelah berbulan-bulan menjaga dan mengamati wilayah perbatasan ini, ia menilai sesungguhnya Batam dan Singapura adalah dua pulau kembar. Hanya saja kondisinya jauh berbeda. Pulau Batam dianggap oleh Soeharto sebagai pulau yang tengah tertidur.

Sebagai prajurit, Soeharto memandang Batam tidak saja dari sudut pandangan militer (keamanan), tapi lebih dari itu. Ia juga mencoba melihat Batam dari sudut politik, geopolitik dan ekonomi. Sosok Soeharto sudah memprediksi jika Pulau Batam dikembangkan dengan sungguh-sungguh, niscaya di masa mendatang bisa mengangkat kewibawaan Indonesia dalam percaturan dunia. Ia bahkan menilai Batam bakal menjadi barometer politik di kawasan Asia Tenggara. Sedang secara ekonomi, kawasan di sekitar Pulau Batam memiliki prospek yang cerah karena berada di jalur perdagangan internasional.

Pasca Konfrontasi Malaysia-Indonesia berakhir dan Soeharto diangkat menjadi Presiden RI menggantikan Soekarno, menginginkan agar Pulau Batam segera dibangun. Presiden Soeharto menetapkan Batam sebagai Pangkalan Logistik dan Operasional yang berhubungan dengan eksploitasi dan eksplorasi minyak lepas pantai

Untuk jangka panjang, belum ada pulau lain secara relatif bisa berkembang seperti Pulau Batam yang terus mengalami pembangunan yang sangat pesat. Padahal secara turun temurun, Belakang Padang adalah kota besar dan Batam hanya suatu tempat yang hanya dijadikan sebagai destinasi kedua setelah Belakang Padang. Tahun 1957 Pulau Buluh menjadi satu kesatuan dengan pulau Batam dan menjadi bagian dari Belakang Padang sekitar tahun 1965. Sementara pada tahun 1971, dengan keputusan Presiden No. 74 / 1971, Pemerintah pusat mengumumkan secara resmi bahwa pulau Batam sebagai suatu zona industri dan membentuk Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OBDIPB). Dalam Keppres tersebut, Pulau Sambu (dekat Pulau Belakang Padang) di sebelah timur laut Pulau Batam, juga ditetapkan sebagai pangkalan minyak Pertamina.

Guna pemantapan pengembangan sebagaimana fungsi Pulau Batam tersebut menjadi daerah industri dan perdagangan, alih kapal, penumpukan dan basis logistik serta pariwisata, maka dikeluarkan beberapa Surat Keputusan Presiden atau Mentri maupun Dirjen, sebagaimana periodesasi Pimpinan/Pengembangan Otorita Batam sebagai berikut:

1) Tahun 1969 – 1975
Adalah periode persiapan dan permulaan pengembangan, pada periode ini pengembangan Batam lebih ditujukan untuk menunjang kegiatan pertanian dan pencarian minyak lepas pantai dengan ketua Otorita Batam DR. Ibnu Sutowo, diantara periode tersebut telah keluar Keputusan Presiden antara lain : Berdasarkan Kepres No. 41 tahun 1973 tanggal 22 November 1973; Tentang seluruh Pulau Batam dinyatakan sebagai daerah industri. Pada tanggal 26 Agustus 1974 pemerintah menunjuk beberapa lokasi di Sekupang, Batu Ampar dan Kabil di Pulau Batam sebagai Bonded Ware House dan menunjuk PT. Persero Batam sebagai penguasa Bonded Ware House. Pada tahun 1974 dibangun proyek Bandara udara dengan nama Hang Nadim di Pulau Batam tepatnya di wilayah Batu Besar, Nongsa dengan panjang landasan pacu 850 meter. Dengan landasan tersebut hanya bisa didarati pesawat jenis Twin Otter, Sky Van serta helikopter saja. Pengembangan bandara udara selanjutnya dilakukan pada tahun 1980 hasilnya bandara ini mempunyai landasan pacu sepanjang 4025m x 45m

2) Tahun 1975 – 1978
Adalah periode konsulidasi dimana dalam periode ini dititikberatkan untuk konsulidasi dan pemeliharaan prasarana-prasarana dan aset-aset yang ada, sehubungan dengan krisis yang timbul dalam Pertamina, dengan ketua Otorita Batam Prof. Dr. Soemarlin. JB Sumarlin sendiri, pasca mendapat mandat Presiden Soeharto langsung melakukan review serta menganalisa landasan dasar pengembangan Batam. Dengan tim bentukannya, JB Sumarlin menginventarisasi seluruh proyek infrastruktur yang dilakukan Pertamina di Batam. 

Bergerak cukup taktis, sejumlah proyek strategis mulai dikembangkan kembali, seperti pembenahan pelabuhan Kabil serta Batuampar. Pada tahun 1975, karena adanya resesi dalam tubuh Pertamina, maka terjadilah pengalihan tanggung jawab pembangunan Daerah Industri Pulau Batam dari Pertamina ketangan Pemerintah. Pada tanggal 24 November 1978 pemerintah menetapkan seluruh wilayah Pulau Batam menjadi wilayah Bonded Ware House.

3) Tahun 1978 – 1983
Yaitu periode pemantapan rencana dan lanjutan pembangunan prasarana utama dengan ketua Otorita Batam Prof. DR. Ing. B J.Habibie yang diangkat berdasarkan Kepres No. 194/M/1978 tanggal 29 Agustus 1978. Periode ini rencana pengembangan disesuaikan dengan rencana strategi pengembangan, strategi pembangunan nasional dan situasi ekonomi dunia yang sedang mengalami resesi. Tanggal 9 Maret 1983 pelabuhan laut dan udara di Pulau Batam ditetapkan sebagai pintu masuk wisatawan dari luar negeri. Di tahun 1978 ini, penduduk yang mendiami Pulau Batam ini sekitar 31.800 jiwa. Mereka tersebar di sejumlah sentra pemukiman antara lain Jodoh, Batubesar, Patam, Duriangkang, Seiharapan, Tanjungriau, Waheng, Dapur 12 serta beberapa titik di sepanjang pesisir pantai Batam.

-Tahun 1983 sampai sekarang 
Merupakan periode penanaman modal dan industri serta pengembangannya. Tanggal 27 Desember 1983 diresmikan oleh Bapak Presiden RI prasarana-prasarana utama, sejak periode tersebut daerah industri Pulau Batam mulai dipasarkan secara luas dan secara nyata sudah menunjukkan pengembangan dan hasilnya. Pada tahun 1984 menetapkan semua wilayah Pulau Batam ditambah pulau-pulau Janda Berias, Tanjung Sau, Ngenang, Kasem dan Moi-moi sebagai Bonded Area. Sejalan dengan perkembangan Pulau Batam tersebut oleh Otorita Batam, sesuai dengan periodesasi pembangunan dan pimpinannya maka dibentuklah "Kotamadya Batam'’ berdasarkan PP No.34 tahun 1983, dalam hal ini wilayah pemerintahannya sama dengan Kecamatan Batam sebelum dibentuknya Kotamadya Batam tersebut dan membawahi 3 (tiga) kecamatan yaitu: Belakang Padang, Batam Barat dan Batam Timur.

- Tahun 1992 
Dengan Kepres No. 28 Tahun 1992 wilayah kerja Otorita Batam diperluas meliputi wilayah Barelang ( Pulau Batam, Rempang, Galang dan pulau-pulau sekitarnya ) dengan luas wilayah seluruhnya sekitar 715 Km ( 115 % dari luas Singapura ). 

- Tahun 1999 (Otonomi Daerah) 
Implementasi Undang-Undang No.53 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 13 Tahun 2000, maka Batam yang semula sebagai Kota Administratif Batam statusnya berubah menjadi daerah otonom Kota Batam, yang mempunyai 20 kewenangan daerah sama seperti daerah otonom lainnya di Indonesia Untuk itu, struktur pemerintahan dan penataan wilayahnya juga mengalami perubahan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005, dinyatakan bahwa Kota Batam semula terdiri dari 8 Kecamatan dan 51 Kelurahan berubah menjadi 12 Kecamatan dan 64 Kelurahan. Perkembangan pembangunan yang semakin pesat di Kota Batam telah menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang untuk mengembangkan usaha dan menyebabkan peningkatan jumlah penduduk yang berimpilkasi pada timbulnya permasalahan dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

- Tahun 2007 (Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas)
Priode ini ditandai dengan keluarnya PP Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam meliputi pulau Batam, Tonton, Setokok,Rempang, Galang, Galang Baru dan Nipah.

ANALISIS
Kota yang terletak dekat negara Singapura mempunyai peran yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kota industri, perdagangan dan jasa, dan pariwisata. Dengan letaknya yang sangat strategis menjadikan daereah Kota Batam menjadi andalan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi bagi Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia.

Berdasarkan sejarah terbentuknya Kota Batam, perkembangan Kota Batam berasal dari Pulau Belakang Padang yang terletak di sebelah barat laut Pulau Batam dan pesisir pantai Pulau Batam bagian barat, dan utara. Perkembangan ini ditunjukkan dengan adanya kepadatan pemukiman di Pulau Belakangpadang dan pemukiman di pesisir pantai Pulau Batam yang masih dijaga sebagai pemukiman penduduk asli Pulau Batam. Dahulu kala sejak zaman Kerajaan Riau-Lingga yang berpusat di Pulau Penyengat, Pulau Belakangpadang merupakan kota terbesar kedua setelah Kota Tanjung Pinang di Pulau Bintan. Sampai saat ini, pemukiman yang berada di pinggir pantai masih tetap lestari. Permukiman yang semula berada di pinggiran pantai lama kelamaan sudah mulai berkembang ke arah selatan dan masih dominan berada di utara, seiiring dengan pembangunan infrastruktur berupa jalan yang berpola menyebar di seluruh penjuru Pulau Batam dan menuju ke arah selatan yaitu Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru.

Sumber: Google earth
Gambar: 3
(Pulau Belakangpadang, dan Pulau Batam, Kota Batam)

Sumber: Google earth
Gambar: 3.2
(Kawasan Permukiman Penduduk Asli Kampung Tanjung Uma, Jodoh, Pulau Batam, Kota Batam di-zoom in yang masih ada hingga saat ini)

Gambar: 3.3
(Peta Infrastruktur Jalan Di Kota Batam)

 
Sumber: http://jokimuchajar.blogspot.com/
Gambar: 3.4
(Foto kawasan pemukiman Kampung Tanjung Uma Jodoh, Pulau Batam, Kota Batam tahun 1970)

Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Batam tahun 2004-2014 bentuk strukur ruang Kota Batam sebagian besar banyak dimanfaatkan sebagai kawasan terbangun. Kawasan terbangun ini terdiri dari kawasan perindustrian, perdagangan dan jasa, permukiman, pusat pemerintahan, dan kawasan pariwisata. Pemanfaatan ruang Kota Batam pada bagian utara banyak dimanfaatkan sebagai kawasan, perdagangan, permukiman dan jasa, pariwisata, pengembangan pantai, perlindungan terumbu karang, kawasan strategis, kawasan ekowisata dan sebagian kecil kawasan perindustrian. Bagian barat dan timurnya sebagian besar dimanfaatkan sebagai kawasan perindustrian, permukiman, kawasan pariwisata, kawasan strategis, agrobisnis, dan budidaya tambak. Bagian selatan Kota Batam banyak dimanfaatkan sebagai kawasan taman nasional laut, permukiman, kawasan terumbu karang, perlindungan mangrove, pariwisata dan kawasan strategis. Pada bagian tengah Kota Batam sebagian besar banyak dimanfaatkan sebagai kawasan hutan lindung, ruang hijau kota, permukiman, perdagangan dan jasa dan kawasan perindustrian.

Berdasarkan bentuk struktur Kota Batam dan letak georafis, astronomis Kota Batam di jalur pelayaran internasional mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan yang dimiliki Kota Batam antara lain: dengan daerah yang sangat strategis, Kota Batam mampu menarik banyak investor negara asing untuk berinvestasi di Kota Batam, Kota Batam telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai daerah perdagangan bebas (Free Trade Zone), kawasan industri yang terletak sebagian besar berada di pinggir pantai yang menghadap selat Singapura menjadikan kawasan industri ini sangat berpotensi menjadi industri galangan kapal dan pelabuhan peti kemas bertaraf internasional seperti: kawasan industri Tanjung Uncang, kawasan industri Batuampar, kawasan industri Sekupang, dan kawasan industri Kabil dari sektor pariwisata, kawasan pariwisata berupa pantai, Hotel & resort, dan lapangan golf yang sebagian besar terletak di pinggir pantai menjadikan kawasan ini sangat disegani dan bisa mengangkat sektor pariwisata Kota Batam, dari data Kementerian pariwisata Republik Indonesia jumlah turis wisatawan mancanegara & nasional Kota Batam menempati urutan nomor 3 di Indonesia yaitu: Bali, Jakarta dan Batam, kelebihan yang lain dari bentuk struktur Kota Batam adalah pembagian kawasan terbangun untuk kawasan industri, pemukiman, perdagangan dan jasa ditempatkan secara menyebar namun teratur, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan perkembangan akftifitas perekonomian penduduk kawasan setempat dan untuk mengurangi tingkat kepadatan yang terpusat pada satu kawasan saja. 


 
Sumber: Google earth
Gambar: 3.5
(Kawasan-Kawasan Industri Pulau Batam, Kota Batam)

Sumber: Google earth
Gambar: 3.6
(Kawasan Industri Mukakuning bentuknya teratur, Pulau Batam Bagian Tengah)

Sumber: Google earth
Gambar 3.7
(Kawasan Pemukiman Batam Centre, Pulau Batam, Kota Batam terlihat bentuknya teratur)

Adapun kelemahannya berdasarkan bentuk struktur Kota Batam adalah penataan ruang pola pemukiman Kota Batam sebagian kecil masih belum teratur, masih ada pola pemukiman khususnya bagi pemukiman penduduk asli Pulau Batam yang terletak di pinggir pantai Pulau Batam seperti di Tanjung Uma, Tanjung Riau dan Batuampar. Penduduk asli ini sebagian besar ber-matapencaharian sebagai nelayan, yang kedua kelemahan yang dimiliki oleh Kota Batam masih banyaknya lahan kosong yang belum dibangun untuk kawasan kawasan pemukiman dan industri, masih banyaknya pulau kecil yang berada di Kota Batam belum tersentuh pembangunan,

KESIMPULAN
Setiap kota di dunia mempunyai sejarah perkembangannya masing-masing. Perkembangan kota bisa berpola menyebar, dan memusat. Kota Batam yang dikenal sekarang merupakan kota yang mula-mula berkembang dari pulau kecil di sebelah barat laut Pulau Batam yaitu: Pulau Belakangpadang dan pesisir pantai Pulau Batam bagian barat dan utara. Hal ini ditandai dengan adanya pemukiman kampung nelayan di Pulau Belakang Padang dan di pesisir pantai utara, barat Pulau Batam. Perkembangan Kota Batam pada masa kini merupakan hasil dari pemikiran-pemikiran pemimpin Badan Otorita Batam (BOB)/kini dikenal dengan nama Badan Pengusaha Batam (BP Batam). Pola perkembangan Kota Batam cenderung menyebar ke segala penjuru Kota Batam, ini ditandai dengan adanya jalan trans Pulau Batam-Pulau Rempang-Pulau Galang. Dalam membangun suatu kota harus memperhatikan banyak aspek, hal ini dikarenakan jika tidak meremehkan satu aspek dalam pembangunan suatu kota maka dampak yang ditimbulkan bisa sangat fatal karena menyangkut kepentingan banyak orang. Aspek yang harus diperhatikan antara lain: aspek sosial, ekonomi, ideologi, budaya, pertahanan, keaman, dan keindahan. Para perencana suatu kota harus memperhatikan segala aspek tersebut guna mewujudkan suatu pembangunan yang berkelanjutan, hasil yang dirancang oleh para perencana agar bisa dinikmati oleh anak-anak cucu/generasi manusia selanjutnya




DAFTAR PUSTAKA

http://bocahbatam.blogspot.com/2011/10/asal-usul-nama-kota-batam.html. 2011. “Asal Usul Nama Kota Batam”, dalam  Blogspot. Diakses, Senin 1 Juli 2013

Muchajar Joki. 2008. Bagian Dua: “Periode awal Pembangunan Batam (1970-1978)”, dalam Blogspot.  http://jokimuchajar.blogspot.com/. Diakses, Senin 1 Juli 2013.

Batam Dalam Angka 2010
Google Earth

LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar