Teman-teman, sebagai warga negara Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan terbesar di dunia, pastinya diantara warga negara kita sangat membutuhkan transportasi yang sangat cepat dari daerah ke daerah lain. Transportasi yang cepat ini biasa digunakan oleh banyak orang yaitu transportasi udara.
Dalam suatu transportasi udara, dibutuhkan suatu tempat untuk pendaratan pesawat yaitu bandara udara. Bandara udara ini juga memerlukan beberapa fasilitas untuk menunjang lalu lintas udara salah satu diantaranya adalah runway (landasan pacu)Ada beberapa bandara di Indonesia yang mempunyai landasan pacu yang terpanjang di Indonesia. Berikut ini 11 bandara udara di Indonesia yang mempunyai landasan terpanjang di Indonesia:Mari kita mulai dari yang paling pendek dahulu:
11. Bandara Udara Internasional Minangkabau, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (2.750 Meter)
Bandara berkode PDG ini mulai dioperasikan secara penuh pada 22 Juli 2005 menggantikan Bandara Tabing. Memiliki luas total 4.27 km² dengan satu bangunan terminal untuk penerbangan Internasional dan domestik. Diberi nama Minangkabau sesuai dengan nama suku yang mendiami provinsi ini, dan merupakan bandar udara pertama di dunia yang memiliki nama sebuah suku atau etnis. Bandara ini berada di daerah Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman dan berjarak kurang lebih 19 km dari pusat kota Padang. Bandar udara ini dibangun dengan arsitektur Minangkabau. Dengan landasan pacu sepanjang 2,750 meter, bandara ini berada di posisi ke- 10.
10. Bandara Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (3000 Meter)
Bandara yang melayani Banda Aceh dengan kode BT terletak di wilayah Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Bandara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura II untuk melayani rute domestik dan internasional. Saat ini sudah ada dua penerbangan internasional, yaitu Air Asia ke Kuala Lumpur dan Firefly ke Penang. Bandara ini juga pernah difungsikan sebagai basis pengiriman obat-obatan sesudah Gempa bumi Samudera Hindia 2004, yang hilir mudik dari berbagai wilayah di Dunia, kepada para pengungsi yang terisolir di berbagai wilayah yang dihantam Tsunami di Aceh
9. Bandara Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan (3000 Meter)
Bandara dengan kode penerbangan PLM ini terletak di wilayah KM.10 Kecamatan Sukarame. Namanya ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1862), seorang pahlawan daerah yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam. Bandara ini telah resmi menjadi bandara bertaraf internasional dan bisa didarati oleh pesawat yang berbadan besar pada 1 Januari 1970. Pengembangan bandara tersebut mulai dilakukan pada 1 Januari 1990 dengan total biaya Rp367 Milyar. Saat ini bandara dapat didarati pesawat Airbus A330 dan sejenisnya serta Boeing 747 . Setelah itu akan ada pembangunan jalan tol Indralaya-Palembang-Bandara Sultan Mahmud Badarudin II untuk mempermudah akses ke Bandara.
8. Bandara Internasional Polonia , Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara (3000 Meter)
Kata ‘Polonia’ merupakan kata dalam bahasa Latin yang artinya ‘Polandia’. Sebelum menjadi bandar udara, kawasan tersebut merupakan lahan perkebunan milik orang Polandia bernama Baron Michalsky. Tahun 1872 dia mendapat konsesi dari Pemerintah Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di Sumatra Timur di daerah Medan. Kemudian dia menamakan daerah itu dengan nama Polonia, nama negeri kelahirannya. Bandara yang berkode MES mempunyai luas sebesar 144 hektar. Dihitung dari jumlah arus penumpang, Polonia adalah bandara terbesar ke-4 di Indonesia setelah Soekarno-Hatta, Ngurah Rai dan Juanda. Dari tahun ke tahun arus penumpang cenderung mengalami peningkatan hingga 20 persen. Karena letaknya yang sangat dekat dengan pusat kota, yaitu sekitar 2 km, mengakibatkan bangunan-bangunan di Medan dibatasi tingginya. Selain itu, bandara ini juga diperkirakan sudah atau hampir melebihi kapasitasnya. Menurut rencana, pada tahun 2013 bandara Medan akan dipindahkan ke Kuala Namu, di Kabupaten Deli Serdang.
7. Bandara Udara Internasional Juanda, Kab. Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur (3000 Meter)
Bandara yang melayani Surabaya, Jawa Timur dan sekitarnya ini, terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Memiliki luas sebesar 51 ribu m², atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama yang hanya 28 ribu m². Bandara baru ini juga dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 29 ribu m² yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu menampung 6 juta hingga 8 juta penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun. Bandara Juanda merupakan bandara terbesar ketiga di Indonesia setelah Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai.
6. Bandara Udara Internasional Ngurah Rai, Kota Denpasar, Provinsi Bali (3000 Meter)
Nama bandara ini diambil dari nama I Gusti Ngurah Rai, seorang pahlawan Indonesia dari Bali. Bali merupakan destinasi utama wisata Indonesia, sehingga bandara ini juga dipadati penerbangan dengan tujuan ke berbagai negara lain. Bandara berkode DPS ini dikenal juga sebagai Denpasar International Airport. Terletak di sebelah selatan Bali, tepatnya di daerah Tuban, Kuta, sekitar 13 km dari Denpasar. Bandara ini adalah bandara terbesar kedua setelah bandara Soekarno-Hatta. Desain arsitektur Bali mewarnai terminal bandara.
5 Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan (3,100 m).
Terletak 30 km dari Kota Makassar, provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun berstatus bandara internasional, sejak 28 Oktober 2006 hingga Juli 2008 sempat tidak ada rute internasional kecuali penerbangan haji setelah rute internasional terakhir Hasanuddin, Makassar-Singapura ditutup Garuda Indonesia karena merugi. Sebelumnya, Silk Air dan Malaysia Airlines telah terlebih dahulu menutup jalur internasional mereka ke Hasanuddin. Air Asia membuka kembali rute Makassar-Kuala Lumpur mulai 25 Juli 2008.
4. Bandar Udara Frans Kaisiepo, Pulau Biak, Provinsi Papua (3,571 m)
bandar udara yang terletak di Kecamatan Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Bandara ini menjadi pusat penerbangan pada masa penjajahan Belanda di Indonesia dan pada masa pembebasan Irian Barat. Landasan pacu yang digunakan masih digunakan saat ini merupakan peninggalan Belanda yang dibangun pada masa Perang Dunia II. Saat ini, bandara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura I. Bandara ini menempati posisi ketiga sebagai bandara dengan landasan pacu terpanjang di Indonesia.
3. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Provinsi Banten (3,660 m).
Bandara yang berkode CGK ini biasa juga disebut Soetta. Terletak sekitar 20 km barat Jakarta, di Kabupaten Tangerang, Banten. Operasinya dimulai pada 1985, menggantikan Bandar Udara Kemayoran (penerbangan domestik) di Jakarta Pusat, dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Bandar Udara Kemayoran telah ditutup, sementara Bandar Udara Halim Perdanakusuma masih beroperasi, melayani penerbangan charter dan militer. Terminal 2 dibuka pada tahun 1992. Bandara ini memiliki luas 18 km², memiliki dua landasan paralel yang dipisahkan oleh dua taxiway sepanjang 2,400 m. Bandara yang dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu ini merupakan bandara terbesar di Indonesia.
2. Bandara Udara Internasional Kuala Namu, Kabupaten Deli Serdang. Provinsi Sumatera Utara (3750 m)
Memiliki panjang landasan 3.750 x 60 meter sehingga menempati no.2 landasan pacu terpanjang di Indonesia, setelah Bandara Hang Nadim Batam (4025 m), landasan pacu di bandara ini dapat didarati pesawat sekelas Boeing 747-400 ataupun Airbus A380. Sementara terminal penumpang tahap I yang memiliki luas 118.930 meter persegi akan dapat menampung delapan juta orang per tahun. Bandara Kuala Namu berjarak 39 km dari kota Medan, sehingga masyarakat harus menyiapkan waktu yang cukup. Jarak tempuh dengan kendaraan antara sekitar 1 hingga 1,5 jam, kalau dengan kereta api kurang lebih 30 menit, Bandara ini juga merupakan bandara terbesar no 4 setelah bandara udara Soetta, Juanda, dan Ngurah Rai
(Foto: Hang Nadim tahun 2010)
(Foto: Hang Nadim Tahun 2013, telah ada penambahan 1 garbarata jadi total 5 garbarata)
(Foto: Hang Nadim saat melayani musim haji)
(Foto: sebuah pesawat yang sedang berputa diatas Bandara Hang Nadim)
Hingga kini, Bandara Internasional Hang Nadim dengan kode penerbangan BTH ini merupakan bandara dengan landasan pacu terpanjang di Indonesia. Beroperasi di tahun 1965 dan sejak 1994 mulai melayani melayani penerbangan internasional. Bandara ini dikelola oleh Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) atau dulu dikenal dengan nama Badan Otorita Batam, bukan oleh PT. Angkasa Pura
Nama Hang Nadim sendiri sebetulnya berasal dari nama pahlawan, ya sebagaimana halnya juga dengan nama-nama bandara di tanah air secara umum memakai nama tokoh atau nama pahlawan. Menurut sejarah, Hang Nadim adalah pejuang hebat dari Johor-Riau yang bergelar Laksamana, pada masa pendudukan Portugis di Malaka tahun 1500-an. Laksamana Hang Nadim menunjukkan kepahlawanan dan kepemimpinannya saat mengalahkan pasukan Portugis dalam beberapa pertempuran. Adapun pada waktu itu wilayah kekuasaan Kesultanan Malaka mencakup Kepulauan Riau.
Dengan landasan pacu sepanjang 4,025 meter, Hang Nadim mengalahkan panjang runway bandara lain, tidak hanya bandara Soekarno-Hatta (3,660 m) tapi juga bandara internasional negara lainnya seperti Changi (4,000 m) di Singapura atau Narita (4,000 m) di Jepang.
Bandara ini dibangun di era kepemimpinan Bapak BJ Habibie sebagai ketua otorita batam yang merupakan salah satu proyek megastruktur di batam selain jembatan Barelang (merupakan jembatan terpanjang di indonesia sebelum Suramadu). Di awal pembangunannya, proyek bandara ini dianggap ide gila dan merupakan proyek mubazir dikarenakan saat itu penduduk batam hanya 6.000 jiwa dan sebagian besar masih berupa hutan. Namun sejak beroperasi 1995, Hang Nadim menjadi salah satu bandara tersibuk di Indonesia dengan 250 kali penerbangan dalam seminggu dan menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi di Batam dan Kepulauan Riau yang mencapai growth 2 digit beberapa tahun terakhir ini.
Saat ini, Bandara Hang Nadim memiliki 5 garbarata, Luas area parkir (apron) saat ini 110,541 meter persegi, rencananya akan ditambah menjadi 170,000 meter persegi. Kapasitas apron saat ini dapat menampung 7 buah Boeing B-747, 3 buah DC dan 3 buah Fokker 27. Dengan kondisinya saat ini, Bandara Hang Nadim dapat menampung delapan belas pesawat berbadan lebar dengan jenis Boeing 767. Di Bandara Hang Nadim terdapat sekolah penerbang, dan di Bandara Hang Nadim akan memiliki tiga MRO dari perusahaan yang berbeda yaitu MRO milik Lion Air, MRO milik perusahaan milik keluarga Habibie, PT.Indonesia Aero Maintenance (IAM), dan MRO milik GMF. Pembangunan hanggar MRO milik Lion Air telah dimulai untuk tahap awal di atas lahan seluas empat hektar. Pembangunan berikutnya akan dilakukan hingga tahun 2016 dengan total luas 16 hektar. Indonesia Aero Maintenance masih dalam proses melengkapi administrasi dan direncanakan akan mulai membangun pada awal September 2013 mendatang. Hanggar milik Lion Air disiapkan untuk menampung 16 pesawat narrow body dock in (pesawat yang parkir).
Setelah masuknya GMF, maka sudah tidak ada lagi perusahaan yang bisa masuk untuk membangun hanggar MRO, karena lahan yang dialokasikan oleh otoritas BP Batam seluas 150 hektar sudah dipakai semua oleh tiga perusahaan tersebut.
Saat ini, Bandara Hang Nadim memiliki 5 garbarata, Luas area parkir (apron) saat ini 110,541 meter persegi, rencananya akan ditambah menjadi 170,000 meter persegi. Kapasitas apron saat ini dapat menampung 7 buah Boeing B-747, 3 buah DC dan 3 buah Fokker 27. Dengan kondisinya saat ini, Bandara Hang Nadim dapat menampung delapan belas pesawat berbadan lebar dengan jenis Boeing 767. Di Bandara Hang Nadim terdapat sekolah penerbang, dan di Bandara Hang Nadim akan memiliki tiga MRO dari perusahaan yang berbeda yaitu MRO milik Lion Air, MRO milik perusahaan milik keluarga Habibie, PT.Indonesia Aero Maintenance (IAM), dan MRO milik GMF. Pembangunan hanggar MRO milik Lion Air telah dimulai untuk tahap awal di atas lahan seluas empat hektar. Pembangunan berikutnya akan dilakukan hingga tahun 2016 dengan total luas 16 hektar. Indonesia Aero Maintenance masih dalam proses melengkapi administrasi dan direncanakan akan mulai membangun pada awal September 2013 mendatang. Hanggar milik Lion Air disiapkan untuk menampung 16 pesawat narrow body dock in (pesawat yang parkir).
Setelah masuknya GMF, maka sudah tidak ada lagi perusahaan yang bisa masuk untuk membangun hanggar MRO, karena lahan yang dialokasikan oleh otoritas BP Batam seluas 150 hektar sudah dipakai semua oleh tiga perusahaan tersebut.
Tambahan:
(Foto: Prosees pembangunan MRO milik Lion Air di Bandara Udara Internasional Hang Nadim Batam tahun 2013)
Sekian dan terimakasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar